Polisi Georgia membubarkan massa yang memprotes undang-undang agen asing dengan menggunakan meriam air, gas air mata | 31left

Polisi di ibu kota Georgia menggunakan meriam air dan gas air mata Rabu malam untuk membubarkan demonstran di sekitar gedung parlemen yang memprotes rancangan undang-undang yang menurut mereka dapat menghambat kebebasan media dan masyarakat sipil.

Anggota parlemen pada hari Selasa menyetujui pembacaan pertama dari undang-undang yang diusulkan, yang akan membutuhkan media dan organisasi nonpemerintah yang menerima lebih dari 20% dana mereka dari sumber asing untuk mendaftar sebagai “agen pengaruh asing.” Lebih dari 60 pengunjuk rasa ditangkap di luar parlemen di Tbilisi setelah persetujuan.

Tindakan tersebut mirip dengan yang diberlakukan di Rusia pada tahun 2012 yang telah digunakan untuk menutup atau mendiskreditkan organisasi yang kritis terhadap pemerintah. Para penentang melihatnya berpotensi menghalangi niat Georgia untuk bergabung dengan NATO dan Uni Eropa suatu hari nanti.

Rancangan undang-undang itu “berlawanan langsung dengan ambisi yang dinyatakan otoritas Georgia untuk menerima status kandidat untuk keanggotaan UE,” kata pernyataan dari anggota Parlemen Eropa Maria Kaljurand dan Sven Mikser, yang merupakan tokoh utama dalam hubungan dengan Georgia.

GEORGIAN PROTEST TERHADAP Rancangan HUKUM MEDIA, NONPROFIT SEBAGAI POLISI MENGGUNAKAN GAS AIR MATA, AIR CANNONS

Polisi Georgia membubarkan massa yang memprotes undang-undang agen asing menggunakan meriam air dan gas air mata.

Polisi Georgia membubarkan massa yang memprotes undang-undang agen asing menggunakan meriam air dan gas air mata.

KLIK DI SINI UNTUK MENDAPATKAN APLIKASI FOX NEWS

“Tujuan undang-undang baru, dengan kedok mempromosikan transparansi, adalah untuk menstigmatisasi pekerjaan organisasi masyarakat sipil dan media,” tambah pernyataan itu.

Para pemimpin protes pada hari Rabu menyerukan para demonstran untuk mencegah anggota parlemen kembali ke gedung sampai tindakan tersebut dicabut.

Itu akan dibahas pada hari Kamis, tetapi media lokal melaporkan bahwa debat tersebut telah ditangguhkan. Ketua parlemen Shalva Papuashvili pada hari Rabu meminta tindakan tersebut dinilai oleh Komisi Wina tentang hukum konstitusional Dewan Eropa, badan hak asasi manusia terkemuka di benua itu.

Sementara presiden Georgia, Salome Zurabishvili, mengatakan dia akan memveto RUU itu, penulisnya mengatakan itu diperlukan untuk transparansi pekerjaan entitas yang dibiayai oleh perwakilan negara asing. Parlemen dapat mengesampingkan veto presiden.

Leave a Comment